Hopeless Part 31


.
"Sekarang lihat? Siapa yang membangkang pada aturan yang dibuatnya sendiri?" kenapa Viona jadi bandel gini sih.
"Rei.. aku tak lapar, aku hanya lelah dan aku mau tidur, kau bisa pulang sekarang.." apa? Dia mengusirku?
"Kau lelah Viona? Aku juga.." kuletakkan nasi gulung yang baru saja kubeli di atas nakas. "jadi bisakah kau geser sedikit?"
"Baik! Aku akan makan!"dan dengan sedikit ancaman seperti itupun dia akan jadi sangat penurut. Viona menyambar makanan yang kutaruh di atas meja samping ranjangnya. Tapi dasar..
"Uhukk..uhuk.." .. ceroboh! Karena terlalu buru-buru dan tersedak. Aku segera menghampirinya dan memberinya minum.
"Tidak bisakah kau pelan-pelan? Aku tak akan menggigitmu sayang.."
Viona mendelik galak padaku, ada apa dengannya??
Dia mengelap bibirnya yang basah oleh air dengan punggung tangannya dan berkata, bibir pucatnya masih terlihat seksi, menggodaku untuk menghangatkannya. "Bisakah kau tidak memanggilku seperti itu."
Memanggilnya apa memangnya?
Viona masih menatapku tajam, menunggu jawaban dariku.
Aku kembali mengingat apa yang baru saja kuucapkan. "Ohh.. itu, maaf aku selalu terbawa suasana jika dekat denganmu." Ya.. tadi aku lupa memanggilnya sayang. Kenapa dia sangat sensitif, apa dia benar-benar tak tertarik denganku, padahal aku punya segala yang dibutuhkan pria agar para gadis rela bertekuk lutut di hadapannya.
Viona hanya menghabiskan tiga dari nasi gulung yang kubelikan. Aku tak mau memaksanya, dia bilang dia mual dan tak sanggup menelannya lagi. Dan kurasa juga sudah lumayan daripada nggak sama sekali. Setelah itu kusuruh dia minum obat dan tidur
.
.
.
"Aku nggak bisa tidur Rei kalau kau ada disini.."
"Kenapa? Bukankah biasanya kita tidur bareng, seranjang pula. Kenapa kau malah tak bisa tidur kalau aku hanya duduk disini menungguimu? Apa aku harus berbaring di sampingmu agar kau bisa tidur eh?" Rei memerkan senyum simpulnya, sialan. Kubalas dengan tatapan mak lampirku (iya, kudengar anak-anak sering memberiku julukan seperti itu) "Ok... ok.. aku akan tidur di sana. Kau puas?" Rei menunjuk pada sofa besar yang ada di ruangan ini. Aku bisa menebak ini ruang VIP, dari besarnya ruangan ini dan fasilitas lainnya.
Rei menyampirkan jas, dasi dan beltnya di sandaran sofa dan berbaring. Huft.. dengan begitu aku juga bisa tidur dengan tenang. Jujur saja, selama dua minggu pernikahanku, tidurku sangat tidak berkualitas selama itu pula. Hampir-hampir di setiap tidurku aku mengalami mimpi buruk, dimana Rei selalu ada di dalamnya. Mungkin karna dia tidur di sampingku jadi alam bawah sadarku meresponnya seperti itu.
Nggak terasa detik jam udah berputar ratusan kali tapi aku belum ngantuk-ngantuk. Mataku memang terasaa amat berat, tapi kesadaranku masih seutuhnya. Aku malah pengen ke kamar mandi. Pengen pipis. Tapi.. ini memang kamar Vip tapi tetep aja yang namanya rumah sakit tuh punya aura negatip-negatip gimana gitu. Bangunin Rei nggak ya..
Kutengok Rei sudah pulas dari tadi kayaknya. Kasian juga.. dia tampak lelah. Terpaksa deh, aku pergi sendiri.
Prang....!! klontang..!!
Apaan.. tuh...!! oh.. ya ampun.. ternyaka aku nendang tiang infusku sendiri :3 . bikin jantungan aja..
"Viona?" Rei. tentu saja dia terbangun karena suara berisik yang kutimbulkan. "Apa yang terjadi?"
"..aku.." aku ragu mengatakannya. "aku ingin ke kamar kecil."
"Haha.." Rei tertawa rendah. "Jika kau ingin membangunkanku untuk menemanimu tak perlu membuat suara berisik seperti itu."
"Maaf, aku tak sengaja."
Rei mengangguk dan tersenyum. "Ayo.." Rei menegakkan tiang infus yang tergeletak di lantai kemudian memapahku ke kamar mandi.
"Ka..kau bisa keluar sekarang Rei.."
"Yakin nggak mau ditemenin?" pengen kugampar pake tiang infus ni orang. "Yah tentu." Akhirnya Rei keluar dengan sedikit kekehannya yang menyebalkan.
Kuselesaikan dengan cepat hasrat alamiahku. Rasanya ingin cepat-cepat tidur.
"Sudah?" tanya Rei ketika aku membuka pintu kamar mandi. Aku hanya menangguk kecil dan dia dengan sigap kembali memapahku ke ranjang.
"Kau dari tadi belum bisa tidur ya? Mau kunyanyikan lagu?"
"Tidak, terima kasih. Tidurlah Rei, kau kelihatan lelah sekali."
"Jangan cemaskan aku.. sekarang tutup matamu. Atau aku.."
"Oke!" aku tahu benar kelanjutan kata-kata itu. Ancaman yang pasti akan membuatku patuh. Dia membelai kepalaku kemudian menyenandungkan lagu nina bobo, eh.. bukan, nggak tau tu lagu judulnya apa.
"You fix your make up, just so
Guess you don't know, that you're beautiful
Try on every dress that you own
You were fine in my eyes, a half hour ago
If your mirror won't make it any clearer
I'llBe the one to let you know
Out of all the girls
You my one and only girl
Ain't nobody in the world tonight
All of the stars, you make them shine like they were ours
Ain't nobody in the world but you and I
You and I
Ain't nobody in the world but you and I
You stop the room when we walk in
Spotlights on everybody staring
Tell all of these boys, they wasting their time
Stop standing in line, cause you're all mine
And this evening I, won't let the feeling die
I never wanna leave your side
aku akan selalu disisimu selamanya Viona.."
Kau sedang mengigau Rei? selamanya? Atau itu hanya sayup-sayup karna aku sedang berjalan ke gerbang mimpi?
.
.
.TBC

Related Posts:

0 Response to "Hopeless Part 31"

Post a Comment