Rei menyewa sebuah caffe kecil yang cukup untuk menampung seluruh dedengkot sembilan. Terdiri dari beberapa meja bundar dan lima kursi melingkar di setiap sisinya. Ada live band yang tampil dengan lagu-lagu yang sedang hits menghibur kami. Berbagai makanan terhidang di setiap meja, cukup membuat perut para penghuni lantai sembilan buncit malam ini. Sebelum kami mulai makan, Rei memberikan pembukaan yang cukup manis.
"Bisa minta perhatiannya
sebentar." Ia berdiri dari kursinya, memegang sebuah kaleng coke. Tak
ada alkohol di acara ini. Rei mulai bicara ketika gumaman berhenti
berganti hening yang hidmat dan semua pasang mata menatap ke arahnya.
"Acara ini diadakan untuk merayakan keberhasilan Istriku, manager
kalian. Atas disetujuinya proyek ramah lingkungannya. Saya tahu kalian
punya andil besar hingga dia bisa berhasil seperti sekarang, saya harap
dengan acara ini bisa menambah semangat kalian dalam bekerja. Saya
bangga dengan kerja keras kalian, terutama Istriku tercinta dengan
ide-ide cemerlangnya yang sangan bermanfaat bagi perusahaan." Rei
melirik sekilas padaku dan tersenyum menarikku berdiri dan menggamit
pinggangku, membuat Naya cekikikan. Kami dua pasutri yang duduk bersama.
"Tak perlu lama-lama lagi, silahkan nikmati hidangan malam ini" Ia
mengangkat kaleng coke nya tinggi-tinggi, diikuti oleh ku dan seluruh
karyawan bagian pemasaran juga Gio dan Naya.
"Kalian sangat manis" puji Naya. "Bikin iri." Ia melirik Gio sinis.
"Sampai kapan kalian mau begini?" tanyaku sebal. Naya memang bersedia hadir, tapi mukanya dari tadi terlihat judes.
"Sampai dia memberi nasi gorengku!" Ia menggigit dengan gemas udang gorengnya. Kami makan sambil berbincang
Gio tak bergeming, ia
asyik menikmati makanannya, sepertinya sudah lelah membujuk Naya. "Nasi
goreng apaan sih? Kau mau pesan nasi goreng. Disini kayaknya ada." Rei
berkata dengan mudahnya, ah.. dia tak tau apa-apa.
"Disini ada chef Farah Quinn?" Gio balik bertanya serius pada Rei. Ia mengalihkan matanya dari makanan yang sedang disantap.
"Nggak lah, ngaco lo."
"Ya udah, nasi goreng
kayak gitu berarti nggak ada disini." Cibir Gio, lalu ia melanjutkan
makannya lagi dengan wajah masih ditekuk.
"Maksudnya?" Rei bingung.
"Naya pengen nasi gorengn bikinan chef itu." Jelasku.
"Ya ampuunn.. kau
ada-ada aja nay. Kalaupun Gio berhasil nemuin Farah Quinn, mana mau dia
masak nasi goreng. Bisa turun tuh pamor. Kalau kau ngidam yang wajar aja
deh."
"Bukan aku yang ngidam, tapi bayiku!" sanggah Naya. Bibirnya mengercut dan matanya mulai berkaca-kaca. Oh tidak.. ini gawat.
"Jangan nangis dong
sayang.. aku kan lagi usahain" Gio merangkul Naya yang mulai terisak "Lo
kok gitu sih Rei. Gwe aja yang direpotin nggak nyolot gitu." Bagus.
Sekarang Rei jadi sasaran."Tunggu aja sampe Viona hamil. Mungkin dia
bakal nyuruh lo nawarin air laut."
"Viona nggak bakal
ngidam yang aneh-aneh. Dia nggak manja kayak Naya." Naya semakin
terisak, lagian siapa yang hamil coba? Kenapa bawa-bawa aku.
"Siapa bilang? Dia bakal
lebih kejam dari Naya. Bisa kupastikan itu." Gio kembali menyerang Rei.
Ia juga sibuk menepuk-nepuk pundak Naya untuk menenangkan tangisannya.
"Udah-udah. Kok kalian
jadi ribut gini sih. Nay.. udah jangan nangis. Kamu mau nasi goreng
buatan chef Farah Quinn? Bisa kok, asal nggak sekarang, beberapa minggu
lagi mungkin bisa."
Seketika tangisan Naya berhenti dan menatapku penuh minat. "Bener?"
Aku mengangguk mengiyakan. Sementara Gio menatapku heran. "Lo kok nggak ngasih tau gwe cara dapetinnya?" tanya Gio.
"Emang Farah Quinn mau gitu masak nasi goreng?" Rei tak kalah heran.
"Mau dong." Ucapku sambil tersenyum misterius. "Sekarang lo ngidamnya yang lain aja deh."
"Jangan becanda deh.
Kalau nggak bisa bilang aja, jangan PHP in istri gwe yang lagi ngidam.
Ntar anak gwe ileran lagi gara-gara lo nggak bisa nyanggupinnya." Ujar
Gio sinis.
"Gwe masih punya otak
yang encer lagi Gi." Kemudian aku menjelaskan rencanaku untuk
mendapatkan 'Nasi Goreng ala Chef Farah Quinn'. Kebetulan Xeon juga
sedang mengembangkan bumbu nasi goreng, dan belum menemukan ciri dan tag
line yang tepat. Kupikir bisa menggunakan Farah Quinn untuk mendongkrak
produk itu. Kalau ia menyetujui untuk menjadi ikon kami maka otomatis
iklan kami akan melibatkannya dan tentu saja dalam iklan itu dia mau tak
mau akan memasak NASI GORENG. Nayaa bisa sepuasnya tuh makan nasih
goreng si chef cantik, dan Xeon pastinya juga mendapat keuntungan.
"Betapa beruntungnya aku memiliki istri secerdas dirimu." Pujian berlebihan dari Rei.
"Kenapa baru kasih tau sekarang."
"Gwe baru dapet idenya
juga barusan. Udah deh nggak sah cemberut gitu, dah untung gwe tolongin.
Naya aja udah nggak ngambek lagi." Naya memang udah nggak kayak lagi,
judes, dia sudah tampak ceria.
"Kalau gitu aku mau bakwan malang." Naya dengan tiba-tiba mengumumkan keinginannya.
Kami bertiga langsung
menatapnya waspada. Apa lagi sekarang? Bakwan malang? Apa dia mau
dibuatin sama chef tertentu juga? Atau bakwan malang dari bahan apa
gitu?
"Kamu pengen bakwan malang yang kayak gimana sayang?" Gio bertanya dengan lembut, aku tau dia sedang menahan nafas.
"Ya bakwan malang aja."
"Nggak yang dimasak sama siapa gitu?" tanya Rei curiga.
"Atau pake bahan khusus?" aku ikut bertanya.
"Nggak."
Gio menghela nafas lega.
"Tapi aku mau makan bakwannya di Malang." Ucap Naya polos.
JJDEERR
Nah loh. Sukses deh tuh buat Gio melepas rangkulannya dan berkonsentrasi lagi pada makannya dengan muka tertekuk.
Setelah acara makan
selesai, beberapa dari kami masih bertahan sambil mengobrol dan
menikmati live band yang sedang bermain. Suasana jadi jauh lebih santai.
Judesnya Naya sama sekali sudah tak nampak di wajah imutnya. Gio telah
menyanggupi bahwa akhir pekan mereka akan pergi ke Malang untuk memenuhi
ngidamnya Naya
"Lo nyanyi dong Rey di
depan." Tantang Gio tiba-tiba. Aku menatap Gio tajam, lalu beralih pada
Rei. Ia tersenyum dan berdiri. Hah?? Kukira dia menolak. Dengan langkah
tegap ia berjalan ke arah live band yang jeda istirahat. Ia membisikkan
sesuatu pada sang vokalis yang kemudian memberikan arahan pada anggota
band lainnya.
"Emang dia bisa nyanyi?" ejek Naya.
"Masa enggak tau sih
yang. Suaranya Rei bagus loh." Aku membenarkan perkataan Gio. Meski aku
baru denger dua eh.. sekali tapi kuakui suaranya lumayan kece.
Rei mengetuk kepala
microphone di hadapannya. "Selamat malam." Sapanya, suaranya yang
sedikit berat langsung menginstrupsi seluruh kepala yang ada di dalam
kafe. "Tonight i want to present a song for my lady. My lovely wife, a
genius woman i've ever met.
Ia tak pernah bosan
memujiku. Aku yakin seluruh penghuni kafe ini terutama pegawa sembilan
berseru mendengar pujian yang diberikan Rei padaku. Lalu dia mulai
menyenandungkan sebuah lagu dari boyband jaman 90an, aku lupa namanya
yang pasti anggotanya dulu ada si rambut mie instan, Justin Timberlike.
Can this be true? Tell me, can this be real
How can I put into words what I feel?
My life was complete, I thought I was whole
Why do I feel like I'm losing control?
How can I put into words what I feel?
My life was complete, I thought I was whole
Why do I feel like I'm losing control?
I never thought that love could feel like this
And then you changed my world with just one kiss
How can it be that right here with me
There's an angel? It's a miracle
And then you changed my world with just one kiss
How can it be that right here with me
There's an angel? It's a miracle
Sejak bait pertama aku
sudah menatapnya terpana. Ia bernyanyi tanpa melepaskan pandangannya
dari mataku, seolah ia hanya bernyanyi untukku. Eh.. tapi emang dia
bernyanyi untukku kan?
Mata kami masih saling mengunci saat ia melanjutkan senandungnya. Mengabaikan tatapan iri dan kagum.
Your love is like a river, peaceful and deep
Your soul is like a secret that I never could keep
When I look into your eyes, I know that it's true
God must have spent a little more time on you, oh
A little more time, yes he did, babe
Your soul is like a secret that I never could keep
When I look into your eyes, I know that it's true
God must have spent a little more time on you, oh
A little more time, yes he did, babe
In all of creation, all things great and small
You are the one that surpasses them all
More precious than any diamond or pearl
They broke the mold when you came in this world
You are the one that surpasses them all
More precious than any diamond or pearl
They broke the mold when you came in this world
And then I'm trying hard to figure out
Just how I ever did without
The warmth of your smile, the heart of a child
That's deep inside, it leaves me purified
Just how I ever did without
The warmth of your smile, the heart of a child
That's deep inside, it leaves me purified
Your love is like a river, peaceful and deep
Your soul is like a secret that I never could keep
When I look into your eyes, I know that it's true
God must have spent a little more time on you
On you on you on you, you, on you on you, on you, you
Your soul is like a secret that I never could keep
When I look into your eyes, I know that it's true
God must have spent a little more time on you
On you on you on you, you, on you on you, on you, you
I never thought that love could feel like this
And then you changed my world with just one kiss
And how can it be that right here with me
There's an angel? It's a miracle
Your love is like a river, peaceful and deep
Your soul is like a secret that I never could keep
When I look into your eyes, I know that it's true
God must have spent a little more time on you, you
And then you changed my world with just one kiss
And how can it be that right here with me
There's an angel? It's a miracle
Your love is like a river, peaceful and deep
Your soul is like a secret that I never could keep
When I look into your eyes, I know that it's true
God must have spent a little more time on you, you
A little more time on you
Ya Tuhan.. bahkan dia
memilih lagu yang terlalu memujiku. Semua orang berdiri dan bertepuk
tangan meriah kala Rei selesai. Mungkin mereka heran direkturnya punya
suara yang cukup OK, nggak kalah sama boyband jaman sekarang. Mungkin
kalau dia udah nggak jadi direktur bisa tuh jadi penyanyi dadakan,
lagian tampangnya sangat mendukung.
Sekembalinya ia ke meja,
Rei menghadiahiku kecupan singkat di bibir. Membuat Naya dan Gio
mendengus, dan aku hanya tersenyum malu.
.
.
.
.
.
TBC
0 Response to "Hopeless Part 43"
Post a Comment