Hopeless Part 43


Rei menyewa sebuah caffe kecil yang cukup untuk menampung seluruh dedengkot sembilan. Terdiri dari beberapa meja bundar dan lima kursi melingkar di setiap sisinya. Ada live band yang tampil dengan lagu-lagu yang sedang hits menghibur kami. Berbagai makanan terhidang di setiap meja, cukup membuat perut para penghuni lantai sembilan buncit malam ini. Sebelum kami mulai makan, Rei memberikan pembukaan yang cukup manis.
"Bisa minta perhatiannya sebentar." Ia berdiri dari kursinya, memegang sebuah kaleng coke. Tak ada alkohol di acara ini. Rei mulai bicara ketika gumaman berhenti berganti hening yang hidmat dan semua pasang mata menatap ke arahnya. "Acara ini diadakan untuk merayakan keberhasilan Istriku, manager kalian. Atas disetujuinya proyek ramah lingkungannya. Saya tahu kalian punya andil besar hingga dia bisa berhasil seperti sekarang, saya harap dengan acara ini bisa menambah semangat kalian dalam bekerja. Saya bangga dengan kerja keras kalian, terutama Istriku tercinta dengan ide-ide cemerlangnya yang sangan bermanfaat bagi perusahaan." Rei melirik sekilas padaku dan tersenyum menarikku berdiri dan menggamit pinggangku, membuat Naya cekikikan. Kami dua pasutri yang duduk bersama. "Tak perlu lama-lama lagi, silahkan nikmati hidangan malam ini" Ia mengangkat kaleng coke nya tinggi-tinggi, diikuti oleh ku dan seluruh karyawan bagian pemasaran juga Gio dan Naya.
"Kalian sangat manis" puji Naya. "Bikin iri." Ia melirik Gio sinis.
"Sampai kapan kalian mau begini?" tanyaku sebal. Naya memang bersedia hadir, tapi mukanya dari tadi terlihat judes.
"Sampai dia memberi nasi gorengku!" Ia menggigit dengan gemas udang gorengnya. Kami makan sambil berbincang
Gio tak bergeming, ia asyik menikmati makanannya, sepertinya sudah lelah membujuk Naya. "Nasi goreng apaan sih? Kau mau pesan nasi goreng. Disini kayaknya ada." Rei berkata dengan mudahnya, ah.. dia tak tau apa-apa.
"Disini ada chef Farah Quinn?" Gio balik bertanya serius pada Rei. Ia mengalihkan matanya dari makanan yang sedang disantap.
"Nggak lah, ngaco lo."
"Ya udah, nasi goreng kayak gitu berarti nggak ada disini." Cibir Gio, lalu ia melanjutkan makannya lagi dengan wajah masih ditekuk.
"Maksudnya?" Rei bingung.
"Naya pengen nasi gorengn bikinan chef itu." Jelasku.
"Ya ampuunn.. kau ada-ada aja nay. Kalaupun Gio berhasil nemuin Farah Quinn, mana mau dia masak nasi goreng. Bisa turun tuh pamor. Kalau kau ngidam yang wajar aja deh."
"Bukan aku yang ngidam, tapi bayiku!" sanggah Naya. Bibirnya mengercut dan matanya mulai berkaca-kaca. Oh tidak.. ini gawat.
"Jangan nangis dong sayang.. aku kan lagi usahain" Gio merangkul Naya yang mulai terisak "Lo kok gitu sih Rei. Gwe aja yang direpotin nggak nyolot gitu." Bagus. Sekarang Rei jadi sasaran."Tunggu aja sampe Viona hamil. Mungkin dia bakal nyuruh lo nawarin air laut."
"Viona nggak bakal ngidam yang aneh-aneh. Dia nggak manja kayak Naya." Naya semakin terisak, lagian siapa yang hamil coba? Kenapa bawa-bawa aku.
"Siapa bilang? Dia bakal lebih kejam dari Naya. Bisa kupastikan itu." Gio kembali menyerang Rei. Ia juga sibuk menepuk-nepuk pundak Naya untuk menenangkan tangisannya.
"Udah-udah. Kok kalian jadi ribut gini sih. Nay.. udah jangan nangis. Kamu mau nasi goreng buatan chef Farah Quinn? Bisa kok, asal nggak sekarang, beberapa minggu lagi mungkin bisa."
Seketika tangisan Naya berhenti dan menatapku penuh minat. "Bener?"
Aku mengangguk mengiyakan. Sementara Gio menatapku heran. "Lo kok nggak ngasih tau gwe cara dapetinnya?" tanya Gio.
"Emang Farah Quinn mau gitu masak nasi goreng?" Rei tak kalah heran.
"Mau dong." Ucapku sambil tersenyum misterius. "Sekarang lo ngidamnya yang lain aja deh."
"Jangan becanda deh. Kalau nggak bisa bilang aja, jangan PHP in istri gwe yang lagi ngidam. Ntar anak gwe ileran lagi gara-gara lo nggak bisa nyanggupinnya." Ujar Gio sinis.
"Gwe masih punya otak yang encer lagi Gi." Kemudian aku menjelaskan rencanaku untuk mendapatkan 'Nasi Goreng ala Chef Farah Quinn'. Kebetulan Xeon juga sedang mengembangkan bumbu nasi goreng, dan belum menemukan ciri dan tag line yang tepat. Kupikir bisa menggunakan Farah Quinn untuk mendongkrak produk itu. Kalau ia menyetujui untuk menjadi ikon kami maka otomatis iklan kami akan melibatkannya dan tentu saja dalam iklan itu dia mau tak mau akan memasak NASI GORENG. Nayaa bisa sepuasnya tuh makan nasih goreng si chef cantik, dan Xeon pastinya juga mendapat keuntungan.
"Betapa beruntungnya aku memiliki istri secerdas dirimu." Pujian berlebihan dari Rei.
"Kenapa baru kasih tau sekarang."
"Gwe baru dapet idenya juga barusan. Udah deh nggak sah cemberut gitu, dah untung gwe tolongin. Naya aja udah nggak ngambek lagi." Naya memang udah nggak kayak lagi, judes, dia sudah tampak ceria.
"Kalau gitu aku mau bakwan malang." Naya dengan tiba-tiba mengumumkan keinginannya.
Kami bertiga langsung menatapnya waspada. Apa lagi sekarang? Bakwan malang? Apa dia mau dibuatin sama chef tertentu juga? Atau bakwan malang dari bahan apa gitu?
"Kamu pengen bakwan malang yang kayak gimana sayang?" Gio bertanya dengan lembut, aku tau dia sedang menahan nafas.
"Ya bakwan malang aja."
"Nggak yang dimasak sama siapa gitu?" tanya Rei curiga.
"Atau pake bahan khusus?" aku ikut bertanya.
"Nggak."
Gio menghela nafas lega.
"Tapi aku mau makan bakwannya di Malang." Ucap Naya polos.
JJDEERR
Nah loh. Sukses deh tuh buat Gio melepas rangkulannya dan berkonsentrasi lagi pada makannya dengan muka tertekuk.
Setelah acara makan selesai, beberapa dari kami masih bertahan sambil mengobrol dan menikmati live band yang sedang bermain. Suasana jadi jauh lebih santai. Judesnya Naya sama sekali sudah tak nampak di wajah imutnya. Gio telah menyanggupi bahwa akhir pekan mereka akan pergi ke Malang untuk memenuhi ngidamnya Naya
"Lo nyanyi dong Rey di depan." Tantang Gio tiba-tiba. Aku menatap Gio tajam, lalu beralih pada Rei. Ia tersenyum dan berdiri. Hah?? Kukira dia menolak. Dengan langkah tegap ia berjalan ke arah live band yang jeda istirahat. Ia membisikkan sesuatu pada sang vokalis yang kemudian memberikan arahan pada anggota band lainnya.
"Emang dia bisa nyanyi?" ejek Naya.
"Masa enggak tau sih yang. Suaranya Rei bagus loh." Aku membenarkan perkataan Gio. Meski aku baru denger dua eh.. sekali tapi kuakui suaranya lumayan kece.
Rei mengetuk kepala microphone di hadapannya. "Selamat malam." Sapanya, suaranya yang sedikit berat langsung menginstrupsi seluruh kepala yang ada di dalam kafe. "Tonight i want to present a song for my lady. My lovely wife, a genius woman i've ever met.
Ia tak pernah bosan memujiku. Aku yakin seluruh penghuni kafe ini terutama pegawa sembilan berseru mendengar pujian yang diberikan Rei padaku. Lalu dia mulai menyenandungkan sebuah lagu dari boyband jaman 90an, aku lupa namanya yang pasti anggotanya dulu ada si rambut mie instan, Justin Timberlike.
Can this be true? Tell me, can this be real
How can I put into words what I feel?
My life was complete, I thought I was whole
Why do I feel like I'm losing control?
I never thought that love could feel like this
And then you changed my world with just one kiss
How can it be that right here with me
There's an angel? It's a miracle
Sejak bait pertama aku sudah menatapnya terpana. Ia bernyanyi tanpa melepaskan pandangannya dari mataku, seolah ia hanya bernyanyi untukku. Eh.. tapi emang dia bernyanyi untukku kan?
Mata kami masih saling mengunci saat ia melanjutkan senandungnya. Mengabaikan tatapan iri dan kagum.
Your love is like a river, peaceful and deep
Your soul is like a secret that I never could keep
When I look into your eyes, I know that it's true
God must have spent a little more time on you, oh
A little more time, yes he did, babe
In all of creation, all things great and small
You are the one that surpasses them all
More precious than any diamond or pearl
They broke the mold when you came in this world
And then I'm trying hard to figure out
Just how I ever did without
The warmth of your smile, the heart of a child
That's deep inside, it leaves me purified
Your love is like a river, peaceful and deep
Your soul is like a secret that I never could keep
When I look into your eyes, I know that it's true
God must have spent a little more time on you
On you on you on you, you, on you on you, on you, you
I never thought that love could feel like this
And then you changed my world with just one kiss
And how can it be that right here with me
There's an angel? It's a miracle
Your love is like a river, peaceful and deep
Your soul is like a secret that I never could keep
When I look into your eyes, I know that it's true
God must have spent a little more time on you, you
A little more time on you
Ya Tuhan.. bahkan dia memilih lagu yang terlalu memujiku. Semua orang berdiri dan bertepuk tangan meriah kala Rei selesai. Mungkin mereka heran direkturnya punya suara yang cukup OK, nggak kalah sama boyband jaman sekarang. Mungkin kalau dia udah nggak jadi direktur bisa tuh jadi penyanyi dadakan, lagian tampangnya sangat mendukung.
Sekembalinya ia ke meja, Rei menghadiahiku kecupan singkat di bibir. Membuat Naya dan Gio mendengus, dan aku hanya tersenyum malu.
.
.
.
TBC

Related Posts:

0 Response to "Hopeless Part 43"

Post a Comment